Menumbuhkan Literasi Digital di Sekolah

 

Menumbuhkan Literasi Digital di Sekolah

Menumbuhkan literasi digital di era siber seperti saat ini, anak-anak tumbuh dalam jejaring internet. Di satu sisi, ini sangat menguntungkan. Karena anak bisa berkesempatan dapat lebih awal menguasai berbagai keterampilan hidup melalui internet. Namun di sisi lain, internet juga sumber kejahatan yang mengerikan. Maka itu, mereka perlu dibekali Pendidikan literasi digital. Lantas, bagaimana guru mengimplementasikan literasi digital di kelasnya agar efektif?

Baca Juga : Rangkuman Matematika Kelas 10 Kurikulum Merdeka

Tidak bisa dipungkiri kedekatan anak dengan anak dengan dunia siber adalah fenomena yang tidak bisa dibantah. Kita tengok saja data dari Badan Pusat Statistika (BPS) pada 2021, sebanyak 88,99% anak 5 tahun ke atas mengakses internet untuk media social (medsos), 66,13% untuk mendapat informasi atau berita, 63,08% untuk hiburan, 33,04% untuk mengerjakan tugas sekolah, dan 16,25% anak mengakses internet untuk keperluan pembelian barang/jasa. Data ini meneguhkan kenyataan mreka sebagai digital native (digital sejak lahir).

Memang selama pandemi Covid-19 kemarin, anak-anak dipaksa “melek” internet. Mereka belajar melalui dalam jaringan dengan telepon pintar maupun laptop. Tak ayal bila kemudian mereka trampil mengoperasikan berbagai platform digital. Namun, seperti yang terungkap dalam data BPS di atas bahwa keterampilan untuk medsos lebih dominan dari pada belajar. Dan tidak sedikit pula yang memanfaatkan untuk bermain game online. Semakin larut dengan internet, semakin sulit untuk dinasehati.

Apalagi kini anak-anak sekarang memiliki tren baru, yakni yang ingin viral di media sosial. Fenomena viral ini muncul dikalangan anak-anak karena mereka ingin menunjukan jati diri, ingin diakui kehebatannya. Dan ada medianya yang sedang mewadahi yakni TikTok.

Oleh karena itu, anak-anak ada yang membuat konten video di luar kewajaran. Kejadian mutakhir adalah kasus di Tasikmalaya. Beberapa anak membully temannya untuk diviralkan. Kejadian ini bermula, korban dipaksa temannya untuk menyetubuhi kucing. Kemudian divideo, diunggah di medsos dan viral. Akibat kejadian tersebut, korban bully mengalami trauma berat sehingga kondisi psikis dan fisiknya menurun, depresi, hingga akhirnya meninggal dunia pada Minggu (18/7/2022).

Peristiwa ini menandakan dunia siber ibarat ruang yang mampu untuk meningkatkan kecerdasan, tetapi hampa moral. Anak-anak pandai mengakses internet, namun mereka belum terbekali nilai-nilai moralitas dalam menggunakannya. Apa yang pantas diunggah seharusnya diajarkan sedari dini sebagai bekal dalam medsos. Namun rupanya literasi digital semacam itu luput oleh guru sebagai pendidik.

Apa itu Literasi Digital ?

Literasi digital adalah pengetahuan serta kecakapan pengguna dalam memanfaatkan media digital, seperti alat komunikasi, jaringan internet dan sebagainya (Suherdi, 2021). Kecakapan pengguna dalam literasi digital mencakup kemampuan untuk menemukan, mengerjakan, mengevaluasi, menggunakan, membuat serta memanfaatkannya dengan bijak, cerdas, cermat serta tepat sesuai kegunaannya. Jadi, singkatnya literasi digital membuat media digital memberi kemanfaatan bagi penggunanya maupun orang lain. 

Saat ini, pendidikan mengenai literasi digital tetap penting untuk terus ditumbuhkembangkan pada anak. Pendidikan literasi digital akan menjadikan anak cerdas dan bijak dalam menggunakan internet. Literasi digital dapat diterapkan guru di ruang kelas.

bagaimana guru mengimplementasikan literasi digital di kelasnya agar efektif?

Guru dapat memanfaatkan media sosial sebagai media pembelajaran. Peserta didik diajak untuk menganalisis, mendiskusikan berita hoax, ujaran kebencian, dan sebagainya lewat grup belajar di Facebook. Kegiatan ini bagian dari keterampilan memilih dan memilah informasi yang benar. Selain itu, diskusi di runag maya sekaligus melatih anak untuk mengutaran pendapat dengan santun. Kesantunan inilah yang dirasa mulai hilang di medsos. Maka pembelajaran etika menyampaikan pendapat penting untuk dilakukan. Anak dibiasakan mengutarakan pendapat dengan mengedepankan tutur kata serta pemilihan Bahasa yang baik, sehingga ia menjadi santun dan tidak menggunakan ujaran kebencian ataupun bernada provokasi kepada mitra diskusinya.

Lalu, guru juga mengajak peserta didik untuk memproduksi video yang dapat dipublikasikan melalui kanal youtube, tiktok, facebook, maupun Instagram. Video yang dimaksud dapat berupa sajian diskusi pelajaran, bermain peran, berpuisi, menyanyi, dan sebagainya. Ini dimaksudkan untuk memahamkan anak bahwa untuk viral tak perlu membuat konten yang negative. Justru konten yang positif, kreatif, mendidik, mauoun humoris akan memberikan kontribusi jauh lebih baik untuk masyarakat luas.

Kemudian pemberian self protection (perlindungan duru) pada anak Ketika berselancar di internet. Perlindungan diri itu berupa pemberian Batasan penggunaan internet terkait dengan jumlah waktu, cakupan domain akses,dan intensitas. Pembatasan berinternet sama halnya berinternet sehat.

Berinternet sehat adalah penggunaan internet secara berhati-hati dengan mengakses informasi yang baik-baik, tidak mengakses hal-hal yang berbau negative. Jadi, guru perlu memberikan pemahaman pada anak agar menghindari mengakses konten berbau pornografi, kekerasan, radikalisme, ujaran kebencian, hoaxs, dan sebagainya. Makanyaguru harus memiliki keahlian bagaimana cara memblokir alamat website yang mengandung konten negatif tersebut. 

Selain itu, guru juga perlu membangun kedekatan emosional dengan anak. Pola pembelajaran yang humanis, menciptakan hubungan social dan kekeluargaan layaknya antara anak dengan bapak atau ibu. Serta menjalin komunikasi yang ramah akan menjadi perekat emosional guru dengan anak didik. Dengan begitu, menjadikan anak-anak dengan sendirinya patuh pada nasihat guru untuk berinternet sehat.

Kemudian dikuatkan penanaman nilai-nilai etika, kesopanan, dan Pendidikan karakter di ruang kelas. Melalui keteladanan dan pembiasaan sikap positif dari guru, anak akan memiliki kristalisasi yang kaya akan nilai-nilai kehidupan serta prinsip yang baik dan kuat. Nilai-nilai tersebut akan membuat anak bisa bijak dalam menggunakan internet
Menuju Platform Belajar Nomor 1 di Indonesia

Posting Komentar

© Semesta Belajar. All rights reserved. Developed by Jago Desain